Senin, 29 April 2013

Muhammad ferry
Pengalaman saya waktu praktek di PT.IHM(Terunen) saya mendapat pengalaman yang sangat banyak,dari yang menyenangkan  sampai yang menyedihkan.
menyenangkannya ketika kami lagi dilapangan saat itu kami belajar kerja tapi sambil bercanda satu sama lainnya ketika teman-teman ketemu mata air yang lumayan besar,tidak disangka-sangka mereka pada masuk mata air tersebut ya say ikut jaga tapi itu semu pada waktu istirahat(selesai pekerjaan).
dan mau tau berapa ORANG DITERUNEN? hampir setengah angkatan.
dan yang menyedihkannya ketika teman saya hampir aja meninggal karena tigak bisa berenang tapi coba-coba berenang dan saat itu saya cuma berdua sama dia tapi untung saya lihat dia mau tenggelam jadi saya langsung tolong dia tapi malah saya yang amu tenggelam.

Ariel
Pengalaman saya waktu di asrama  saya kadang kadang-kadang ada suka ada juga duka.
sukanya ketika teman-tema pada rese dan dukanya ketika teman ada yang sakit,banyak masalah dan saya tidak dapat membantu mereka.
5.Jati

Jati
Pucuk jati dan buahnya
Pucuk jati dan buahnya
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Tectona
Spesies: T. grandis
Nama binomial
Tectona grandis
Linn. f.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae. Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan. Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan.


Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon( antocephalus cadamba ) padahal mereka dari jenis yang berbeda.
Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu.
Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. Nilai Rf pada daun jati sendiri sebesar 0,58-0,63.


Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau.
Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos.
Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.
Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.
Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon.
Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba.
Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran —yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati.
Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air.
Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ).
Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, Selandia Baru, Pasifik dan Taiwan


Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah.
Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera.
Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.
Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan jati jawa.
Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan 1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.


Daerah sebaran hutan jati di Jawa

Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di pantai utara Jawa, mulai dari Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di atas permukaan laut.
Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa dwipa.

4.Meranti merah

?Meranti merah
Pohon tengkawang (Shorea sp.), sejenis meranti merah
Pohon tengkawang (Shorea sp.),
sejenis meranti merah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Rosids
Ordo: Malvales
Famili: Dipterocarpaceae
Genus: Shorea
Roxb. ex C.F.Gaertn.
Spesies
lihat pada teks
Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti merah.


Sifat-sifat kayu

Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu
Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot

Pemanfaatan

Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malesia
Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu.
Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.
Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi
Beberapa jenis meranti merah menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai tengkawang. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal sebagai musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti itu, masyarakat Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang yang berharga tinggi.

[sunting] Ragam jenis dan penyebaran

Dari 70 spesies Shorea yang termasuk dalam kelompok meranti merah, terbanyak dijumpai di Kalimantan (62 spesies), diikuti oleh Sumatra (23 spesies) dan Semenanjung Malaya (19 spesies). Di luar wilayah-wilayah itu, meranti merah juga ditemukan di Thailand selatan, Filipina dan Maluku
Berikut ini adalah daftar yang belum lengkap mengenai jenis-jenis meranti merah. Nama-nama daerah dan jenis kayu yang dihasilkannya merujuk pada Soerianegara dan Lemmens (2002)
Nama ilmiah Nama Indonesia Penyebaran Nama-nama lokal Jenis kayu
Shorea acuminata Dyer Meranti hitam batang Sem. Malaya, Sumatra, Kep. Riau, Kep. Lingga meranti sarang burung meranti merah-muda, m. merah-tua
Shorea balangeran (Korth.) Burck Balangeran Kalimantan, Bangka, Belitung kahoi (Klm.), melangir (Babel) meranti merah, balau merah, balangeran
Shorea contorta S.Vidal White lauan (Ingg.) Endemik di Filipina Mindanao white-lauan, malaanonang meranti merah-muda, meranti putih
Shorea lepidota (Korth.) Blume Tengkawang gunung Sem. Malaya, Sumatra meranti ketrahan, meranti rumbai (Sumt.), meranti langgong, damar siput (Mal.) meranti merah-muda
Shorea negrosensis Foxw. Red lauan Endemik di Filipina malatbang, manggachapui meranti merah
Shorea palosapis (Blanco) Merr. Mayapis Endemik di Filipina tabak, pura meranti merah-muda
Shorea polysperma (Blanco) Merr. Tangile Endemik di Filipina balagayan, malagiso, dark-red Philippine mahogany meranti merah-tua
Shorea selanica (DC.) Blume Meranti bapa Endemik di Maluku barat daya biahut (Buru), kayu bapa meranti merah
Shorea singkawang (Miq.) Miq. Sengkawang pinang Sem. Malaya dan Sumatra bag. timur maak on (Thai), meranti bahru, meranti sengkawang merah (Mal.), singkawang daun halus (Sumt.) meranti merah-tua
Seksi Brachypterae



Shorea almon Foxw. Meranti buaya bukit Kalimantan timur laut (Sabah, Brunei), Filipina seraya kerukup (Sabah), danlig-mayapis, almon (Fil.) meranti merah
Shorea andulensis P.S.Ashton



Shorea bullata P.S.Ashton



Shorea carapae P.S.Ashton



Shorea coriacea Burck Meranti jurai Endemik di Kalimantan meranti tangkai panjang (Brun., Swk.), seraya tangkai panjang (Sabah), samar benua (Kalbar), lampong mengkabang (Klm. bag tenggara) meranti merah
Shorea fallax Meijer Engkabang layar Endemik di Kalimantan meranti sepit undang (Brun.), kontoi, tuntong seluing (Klm.), engkabang pinang (Swk.), seraya daun kasar (Sabah)
Shorea flaviflora Wood ex P.S.Ashton



Shorea flemmichii Symington Meranti raya Terbatas di Serawak dan Brunei kayu raya (Brun.) meranti merah-tua
Shorea inaequilateralis Symington Semayur Terbatas di Serawak dan Brunei semayur meranti merah, balau merah, semayur
Shorea johorensis Foxw. Merkuyung Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kalimantan meranti majau (Brun., Swk.), selangan pelandok, damar kanuar (Klm.), seraya majau (Sabah), merkuyang putih (Sumt.) meranti merah-muda
Shorea kunstleri King



Shorea monticola P.S.Ashton



Shorea pachyphylla Ridl. ex Symington Meranti mesupang Endemik di Kalimantan bag. barat laut meranti kerukup, kukup (Brun., Swk.), tengkawang hutan padang (Kalbar) meranti merah-tua
Shorea palembanica Miq. Tengkawang majau Sem. Malaya, Sumatra dan Kalimantan meranti tengkawang ayer, merpak (Mal.), melebekan (Sumt.), engkabang asu (Brun., Swk.) meranti merah-muda, m. merah-tua
Shorea parvistipulata F.Heim



Shorea pauciflora King Meranti ketuko Sem. Malaya, Sumatra, dan Kalimantan meranti memesu (Mal.), ketuko nilau (Sumt.), meranti cheriak (Brun., Swk.), obar suluk (Brun. Sabah), abang gunung (Kaltim) meranti merah-tua
Shorea platyclados v.Slooten ex Foxw. Banio Sem. Malaya, Sumatra, dan Kalimantan meranti bukit (Mal., Brun.), meranti cingham (Sumt. timur), seraya bukit (Sabah), ketir (Kalsel) meranti merah-tua
Shorea pubistyla P.S.Ashton



Shorea scaberrima Burck Tengkawang kijang Endemik di Kalimantan bag barat laut kontoi entimus, meranti sandakan (Kalbar), meranti paya bersisek (Brun., Swk.), engkabang pinang, kawang bukit (Sabah) meranti merah-muda
Shorea smithiana Symington Meranti merumbung Endemik di Kalimantan bagian utara dan timur meranti rambai (Brun., Swk.), meraka belang (Brun.), seraya timbau (Swk.), campega, kakan putih (Kaltim) meranti merah-muda
Shorea venulosa Wood ex Meijer Meranti tangkai panjang padi Endemik di Kalimantan bagian utara seraya kerangas (Sabah) meranti merah-tua
Shorea waltoni Wood ex Meijer



Seksi Mutica



Subseksi Auriculatae



Shorea acuta P.S.Ashton



Shorea ferruginea Dyer ex Brandis Tehan betung Endemik di Kalimantan meranti menalit (Brun., Swk.), seraya melantai kecil (Sabah), lampong tahan, tehan paru (Klm. bag. tenggara) meranti merah-muda
Shorea macroptera Dyer Meranti melantai Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kalimantan chanhoi (Thai), meranti kuning (Sumt.), lukup (Riau), sepit udang, tengerangan sibu (Kaltim), seraya melantai (Sabah) meranti merah-muda, melantai
Shorea myrionerva Symington ex P.S.Ashton



Shorea sagittata P.S.Ashton



Shorea slootenii Wood ex P.S.Ashton



Subseksi Mutica



Shorea argentifolia Symington Senkajang Endemik di Kalimantan bag timur laut merangau, meranti binatoh, seraya pasir, seraya pipit meranti merah
Shorea curtisii Dyer ex King Meranti seraya Sem. Malaya, Riau, Kep. Lingga, Kalimantan saya-daeng, saya-luang (Thai), seraya (Brunei, Melayu, Serawak), meranti merah-tua
Shorea dasyphylla Foxw. Meranti sabut Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan bag. barat laut meranti balur, meranti gombung (Sumt.), meranti batu (Mly.) meranti merah
Shorea foraminifera P.S.Ashton



Shorea hemsleyana (King) King ex Foxw. Meranti kunyit Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kalimantan bag. barat laut meranti gading (Brun., Swk.), meranti rawang (Sumt.), chengal pasir daun-besar (Mly.), phayom-khao (Thai) meranti merah-muda, m. merah-tua
Shorea leprosula Miq. Meranti tembaga Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan saya-daeng (Thai), kontoi bayor (Kalbar), lempong kumbang (Kaltim), meranti pusuh (Swk.) meranti merah-muda
Shorea macrantha Brandis Meranti kait-kait Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kalimantan bag. barat laut meranti lengkung daun (Sumt.), meranti kepong hantu (Mal.), engkabang bungkus (Brun., Swk.) meranti merah-muda, m. merah tua
Shorea ovata Dyer ex Brandis Meranti mandirawan Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan, Mindanao meranti sarang punai bukit (Mal.), ketrahan (Sumt. bag utara), bangkirai lintah (Kalsel), meranti pitis (Swk.), seraya punai bukit (Sabah), tiaong (Fil.) meranti merah-tua
Shorea pallidifolia P.S.Ashton



Shorea parvifolia Dyer Meranti sarang punai Sem. Malaya, Sumatra dan Kalimantan saya-luang (Thai), kayu lempung, kontoi burung (Kalbar), abang gunung (Kaltim), seraya punai (Sabah), meranti samak (Swk.) meranti merah-muda
Shorea platycarpa F.Heim Meranti paya Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya meranti lengkung daun (Sumt.), pengerawan pepa (Kalbar), lanan tembaga (Kalsel), seraya paya (Sabah) meranti merah-muda, m. merah tua
Shorea quadrinervis v.Slooten Meranti tempelong Endemik di Kalimantan bag barat laut meranti sudu (Brun., Swk.), sasak merambai (Swk.), seraya sudu (Sabah), kontoi genut, tengkawang tikus (Kalbar) meranti merah-muda
Shorea retusa Meijer



Shorea revoluta P.S.Ashton



Shorea rubra P.S.Ashton



Shorea rugosa F.Heim Meranti lanan Endemik di Kalimantan meranti buaya hantu (Brun., Swk.), seraya buaya hantu (Sabah), awang belaitok (Kaltim), bangkirai lutung (Kalsel) meranti merah tua
Shorea scabrida Symington Meranti tembalang Sumatra bag timur dan Kalimantan meranti pepak lantai, pengerawan surai (Kalbar), meranti telor, meranti lop (Brun., Swk.), seraya lop (Sabah) meranti merah muda
Shorea teysmanniana Dyer ex Brandis Meranti daun halus Sem. Malaya, Sumatra bag timur, dan Kalimantan meranti bunga (Mal.), meranti bunga tanjung (Sumt.), meranti lilin (Brun., Swk.), seraya bunga (Sabah), lintang (Kalsel) meranti merah-muda
Shorea uliginosa Foxw. Meranti daun lebar Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Bangka, dan Kalimantan bag. barat meranti bakau (Mal.), meranti kelungkung daun (Sumt.), pengarawan buaya (Kalbar), meranti buaya (Brun., Swk.), perawan durian (Swk.) meranti merah-tua, meranti bakau
Seksi Ovalis



Shorea ovalis (Korth.) Blume Meranti kelungkung Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan kepong labu, meranti kepong (Mal.), meranti sepang (Sumt.), seraya kepong (Sabah), abang gunung putih (Kaltim) meranti merah-muda
Seksi Pachycarpae



Shorea amplexicaulis P.S.Ashton Tengkawang mege Endemik di Kalimantan meranti kawang, kawang pinang, awang rambut, orai lanyung meranti merah-muda
Shorea beccariana Burck Tengkawang tengkal Endemik di Kalimantan bag utara meranti langgai (Brun., Swk., Sabah), engkabang maha (Kalbar), abang (Dusun) meranti merah
Shorea macrophylla (de Vriese) P.S.Ashton, Tengkawang hantelok Endemik di Kalimantan kawang jantong (Brun., Sabah), engkabang jantong, engk. ringgit (Swk.), kawang katolok, tengkawang buah (Kaltim) meranti merah-muda, meranti putih, kawang jantong
Shorea mecystopteryx Ridley Tengkawang layar Endemik di Kalimantan enkabang larai (Swk.), kawang tikus, meranti kawang burong (Brun., Sabah), abang alit (Kaltim) meranti merah-muda
Shorea pilosa P.S.Ashton



Shorea pinanga Scheff. Tengkawang rambai Endemik di Kalimantan awang boi (Klm. bag tenggara), meranti langgai bukit (Brun., Swk.), kawang pinang (Sabah) meranti merah-muda
Shorea praestans P.S.Ashton



Shorea rotundifolia P.S.Ashton



Shorea splendida (de Vriese) P.S.Ashton Tengkawang bani Endemik di Kalimantan bag barat tengkawang goncang, tengkawang rambai (Kalbar), engkabang bintang, melindang (Swk.) meranti merah-muda
Shorea stenoptera Burck Tengkawang tungkul Endemik di Kalimantan bag barat tengkawang tayau (Kalbar), engkabang rusa (Swk.), engkabang kerangas (Iban) meranti merah
Shorea woodii P.S.Ashton



Seksi Rubella



Shorea albida Symington Alan batu Kalimantan barat, Serawak alan bunga, seringawan meranti merah-tua, balau merah
Shorea dispar P.S.Ashton



Shorea elliptica Burck



Shorea rubella P.S.Ashton





3.Ulin atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Kalimantan. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. 

Morfologi

Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm . Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras. agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlobang.

Pemuliaan

Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik.Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit. Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok.  Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m.Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur. Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500-4000 mm
2. Mahoni
 Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.
 Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air. Buah mahoni mengandung flavonoid dan saponin. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol, penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal bebas, mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.
1.Botanical Names: Acacia mangium Family Name: Leguminosae

Pada awalnya pohon acacia sebagian besar digunakan untuk konsumsi pabrik kertas. Terdapat banyak hutan khusus untuk pabrik kertas sehingga pohon yang baru berumur 3-5 tahun pun (diameter 15-20cm) sudah bisa ditebang. Pada 10 tahun terakhir popularitas kayu Akasia sebagai bahan baku furniture semakin meningkat sehingga kebutuhan pohon Akasia dengan umur di atas 5 tahun semakin tinggi.



Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 30 meter dengan diameter hingga 1 meter. Rata-rata diameter yang bisa digunakan untuk membuat furniture minimum 25cm untuk mendapatkan rendemen yang baik.
Acacia mangium membutuhkan 5-7 tahun untuk mencapai diameter 30cm.

Warna Kayu
Kayu teras berwarna dari coklat muda hingga coklat tua kehijauan. Kayu Gubal (sapwood) berwarna krem keputihan, sangat jelas dan mudah dibedakan dengan kayu terasnya.

Densitas
Pada level MC 12% densitas sekitar 450 - 600 kg/m3. bagian dan jenis tertentu bisa mencapai hingga 800 kg/m3.


Keawetan
Akasia termasuk pada kayu kelas awet 3, cukup tahan terhadap cuaca dan kondisi normal akan tetapi akan mudah terserang jamur dan serangga apabila diletakkan pada kondisi luar ruangan yang terlalu basah. Kurang baik untuk pemakaian yang langsung diletakkan di atas tanah.


Pengeringan
Membutuhkan waktu cukup lama pada pengeringan yaitu antara 45-60 hari terutama untuk ketebalan kayu di atas 2,5 cm. Kayu tipis bisa dilakukan tidak lebih dari 30 hari.
Sifat penyusutan kayu Akasi juga cukup besar, mudah melengkung terutama apabila peletakan di dalam Kiln Dry (konvensional) kurang tepat.

Proses Mesin & Konstruksi
Mudah pada saat proses mesin dan hasil cukup halus dan baik.Daya ikatnya terhdapa sekrup dan paku juga sangat baik. Namun harus berhati-hati pada ketebalan yang kecil karena Akasi termasuk mudah pecah.
Penetrasi lem ke dalam kayu juga sangat baik.



.